Hell Yeah Pointer 9

Sunday, July 9, 2017

Rangkuman Perkembangan Psikososial pada Anak Usia Pertengahan

Perkembangan dari Diri
Perkembangan Kognitif selama pertengahan masa anak memungkinkan anak mengembangkan konsep diri mereka dengan lebih kompleks dan mencapai pemahaman serta kontrol emosi.
Perkembangan konsep diri: Sistem Representasi
Sekitar usia 7/8 tahun, anak mencapai tingkat perkembangan konsep diri. Pada saat ini, penilaian terhadap diri sendiri menjadi lebih penting, realistis, seimbang dan komprehensif sebagaimana anak membentuk sistem representasi: secara luas, konsep diri yang inklusif yang mengintegrasikan beragam aspek dari diri (Harter, 1993, 1996, 1998).
Harga Diri
Menurut Erikson (1982), faktor utama yang menentukan harga diri adalah pandangan anak-anak terhadap kapasitasnya untuk kerja produktif. Tahap psikososial ini di fokuskan pada Industry vs Inferiority (kerja keras lawan rendah diri).
Perkembangan Emosional dan Perilaku Prososial
Begitu anak tumbuh besar, mereka lebih sadar terhadap apa yang dimilikinya dan perasaan individu lain. Mereka dapat mengatur atau mengontrol dengan baik emosi dan dapat merespons emosi distres pada orang lain. Di usia 7 atau 8 tahun, anak secara khusus peka terhadap perasaan malu dan bangga, dan mereka memiliki pandangan yang jelas tentang perbedaan antara rasa bersalah dan malu (Harris, Olthof, Meerum, Terwogt & Hardman, 1987: Olthof, Schouten, Kuiper, Stegge & Jennekens-Schinkel, 2000). Emosi tersebut mempengaruhi pandangan mereka  terhadap diri mereka sendiri (Harter, 1993, 1996).
Regulasi emosi diri melibatkan usaha penuh (sukarela) mengontrol emosi, atensi dan perilaku. Usaha mengontrol emosi yang rendah mungkin merupakan prediksi masalah-masalah perilaku nantinya (Eisenberg dkk, 2004). Anak cenderung menjadi lebih berempati dan lebih cenderung berperilaku prososial di pertengahan masa anak. Sikap empati memperlihatkan “program” dalam otak anak normal. Sama seperti orang dewasa, empati dihubungkan dengan pengaktifan prefrontal pada anak berusia 6 tahun (Light dkk., 2009). Anak dengan perilaku pro sosial cenderung bertindak sesuai situasi sosial, membebaskan diri dari emosi-emosi negatif dan mengatasi maslah secara konstruktif (Einsberg, Fabes & Murphy, 1996). Orang tua mengetahui perasaan distres anak-anaknya dan membantu mereka fokus pada penyelesaian akar masalah memupuk empati, perkembangan prososial dan keterampilan sosial (Bryant, 1987; Einsberg dkk., 1996).
Anak dalam Keluarga
Anak di usia sekolah menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk berkunjung dan bersosialisasi dengan sebayanya daripada ketika mereka lebih muda. Mereka juga menghabiskan waktu disekolah dan belajar serta memperkecil waktu untuk makan bersama keluarga dari pada anak generasi lampau (Juster dkk., 2004). Untuk memahami anak dalam keluarga, kita perlu melihat lingkungan keluarga yang merupakan atmosfer dan struktur. Hal ini pada gilirannya dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luar batas tembok rumah.
Suasana/Atmosfer Keluarga
Pengaruh paling penting dari lingkungan keluarga pada perkembangan anak berasal dari suasana dalam rumah. Salah satu faktor kontribusi pada suasana keluarga adalah apakah atmosfer keluarga mendukung dan mencintai atau penuh dengan konflik. Faktor kontribusi lainnya pada suasana keluarga adalah bagaimana orang tua mengatasi apa yang dibutuhkan anak di usia sekolah dan kemampuan untuk membuat keputusan mereka sendiri.
Isu-Isu Pengasuhan: Dari Pengontrolan Hingga Kerja Sama terhadap Aturan 
Pertengahan masa anak-anak membawa tahap peralihan coregulation (tentang kerja sama untuk menjalankan aturan). Bentuk peralihan pada bekerja sama dalam menjalankan aturan memengaruhi cara orang tua mengatasi kedisiplinan (Maccoby, 1984; Roberts, Block & Block, 1984). Orang tua dari anak usia sekolah menggunakan teknik induktif. Contohnya ayah dari Jared yang berusia 8 tahun menunjukkan bahwa tindakan Jared berpengaruh terhadap yang lain: ‘’Memukul Jermaine melukai dan membuatnya sedih.’’ Di situasi lain, orang tua Jared menyerukan harga dirinya (“ apa yang terjadi pada anak yang suka menolong di sini kemarin?”) atau nilai-nilai moral (“Anak laki-laki besar dan kuat seperti kamu seharusnya tidak duduk di kursi kereta dan membiarkan orang tua berdiri”). Atas semua itu, orang tua membiarkan Jared untuk mengetahui bahwa dia harus siap dengan konsekuensinya atas perilakunya: “tidak heran kamu ketinggalan bus sekolah hari ini, kamu tidur terlalu larut semalam! Sekarang kamu harus berjalan ke sekolah.”
Dampak-Dampak Pekerjaan Orang Tua
Di tahun 2009, 66% ibu- ibu USA bekerja paruh waktu maupun penuh waktu (Parker, 2009). Hal ini membutuhkan tempat penitipan anak yang jauh lebih banyak, umumnya pada program berbasis balai atau sekolah. Beberapa anak dari ibu yang bekerja, khususnya anak kecil diawasi oleh kerabat. Banyak anak yang menerima pengasuhan dari luar sekolah (Carver & Iruka, 2006).
Kemiskinan dan Pengasuhan
Anak miskin cenderung lebih memiliki masalah perilaku dan emosi dan tingkat kognitif serta akademis yang sangat kurang (Brooks-Gunn, Britto & Brady, 1998; Brook-Gunn & Duncan, 1997; Duncan & Brooks-Gunn, 1997; McLoyd, 1998). Kemiskinan dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui dampak dari kondisi emosi orang tua dan gaya pengasuhan serta lingkungan rumah yang mereka ciptakan.
Struktur Keluarga
Keluarga yang tidak stabil mungkin lebih membahayakan bagi anak dibandingkan tipe keluarga tertentu tempat mereka hidup. Dalam sebuah studi dengan menggunakan sampel nasional, anak berusia 4-14 tahun, anak yang memiliki pengalaman beberapa kali dalam keluarga peralihan (contohnya pindah rumah, orang tua yang bercerai) cenderung lebih memiliki masalah perilaku dan terjebak dalam kenakalan perilaku daripada anak dalam keluarga yang stabil (Fomby & Cherlin, 2007).
Ketika Orang Tua Bercerai
Menyesuaikan diri pada perceraian sangat membuat stres anak. Pertama stres tentang konflik pernikahan kemudian perpisahan orang tua dan salah satu kepergian orang tua, biasanya ayah. Anak bisa jadi tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Perceraian tentu saja menimbulkan stres juga pada orang tua dan berdampak pada pengasuhan mereka. Standar keluarga menurun dan jika orang tua pergi, hubungan anak dengan orang tua asuh akan membuat derita (Kelly & Emery, 2003). Pernikahan kembali orang tua atau perceraian kedua setelah menikah kembali dapat meningkatkan stres anak, memperbarui kembali perasaan kehilangan (Ahrons & Tanner, 2003; Amato, 2003). Efek jangka panjang hampir semua anak dari perceraian dapat menyesuaikan diri dengan baik. Bagaimanapun, kecemasan yang berhubungan dengan perceraian orang tua dapat muncul di permukaan begitu anak memasuki fase dewasa awal saat mencoba membentuk hubungan intim milik mereka sendiri (Amato, 2003; Wallerstein, Lewis, & Blakeslee, 2000). Pengalman akan perceraian orang tua, beberapa anak di masa dewasa awal takut menjalin komitmen yang mungkin akan berakhir dengan kekecewaan (Glenn & Marquardt, 2001; Wallestein & Corbin, 1999). Berdasarkan riset, 25% anak hasil perceraian ketika masa dewasa awal memiliki masalah serius secara sosial, emosional, atau psikologi dibandingkan 10% dari anak yang orang tuanya tetap bersama (Hetherington & Kelly, 2002). Sebagai orang dewasa nantinya, anak hasil perceraian cenderung memiliki status sosial ekonomi yang rendah, kesehjateraan psikologis yang buruk dan kesempatan besar melahirkan anak di luar pernikahan. Perkawinan mereka cenderung tidak memuaskan dan berakhir pada perceraian (Amato, 2005).
Tinggal dalam Keluarga dengan Salah Satu Orang Tua
Keluarga dengan satu orang tua merupakan akibat dari perceraian, keluarga yang tidak menikah, atau kematian. Anak dalam keluarga orang tua tunggal melakukan semua hal dengan baik, tetapi cenderung tidak lancar dalam urusan sosial dan pendidikan di banding kelompoknya yang tinggal dengan kedua orang tua (Amato, 2005). Bagaimana pun, pengaruh luar yang negatif dari anak dalam keluarga dengan orang tua tunggal tidak dapat dielakkan. Usia anak dan tingkat perkembangannya, kondisi keuangan keluarga, apakah mereka sering pindah dan keterlibatan ayah yang berbeda tempat tinggal membuat perbedaan (Amato, 2005; Seltzer, 2000)
Tinggal dengan Keluarga Tanpa Pernikahan
Keluarga tanpa pernikahan memiliki cara-cara yang sama dengan keluarga yang menikah, tapi orang tua cenderung lebih banyak kekurangan (Mather, 2010). Secara tradisional mereka cenderung kurang pemasukan dan pendidikan, hubungan keluarga yang sangat kurang dan lebih banyak memiliki masalah kesehatan mental.
Tinggal dengan Keluarga Tiri
Penyesuaian dengan orang tua tiri yang baru mungkin situasi yang penuh tekanan. Loyalitas anak terhadap orang tua yang tidak ada atau yang meninggal dapat memengaruhi pembentukan ikatan kepada orang tua tiri (Amato, 2005).
Tinggal dengan Keluarga Gay atau Lesbian
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua homosexual tidak memiliki masalah sosial atau psikologis atau berubah menjadi homosexual juga, jika dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal dengan keluarga normal.
Keluarga Adopsi
Mengadopsi anak membawa tantangan khusus; menyatukan anak adopsi dengan keluarga, menjelaskan tentang adopsi pada anak, membantu anak mengembangkan perasaan diri yang sehat dan bahkan membantu anak menemukan serta berkomunikasi dengan orang tua biologisnya. Menurut studi longitudinal nasional, orang tua adopsi menginvestasikan energi dan sumber daya mereka pada anaknya seperti yang dilakukan kedua orang tua biologisnya dan lebih baik di banding pada bentuk keluarga lainnya. Dan anak yang di adopsinya oleh keluarga dengan kedua orang tua melakukan hal yang sama baiknya dengan anak biologisnya dari kedua keluarga orang tua. (Hamilton, Cheng, Powell, 2007). Adopsi terhadap anak yang lahir dari negara lain yang terjadi di dalam keluarga USA meningkat sejak tahun 1978, dari 5315 ke 20267, tanpa mempedulikan penurunan pada tahun 2006. Ketika anak adopsi dari negara lain mencapai masa remaja, mereka mungkin merasakan kehilangan treadisi asli mereka dan tumbuh kesadaran akan rasisme dan diskriminasi dalam budaya adopsi mereka.
Hubungan dengan Saudara Kandung
Di beberapa komunitas seperti ini, saudara yang lebih tua memiliki peranan yang ditentukan oleh budaya. Saudara yang lebih tua, lebih mengajari saudara yang lebih muda tapi biasanya terjadi secara informal saja dan bukan merupakan bagian dari sistem sosial. (Cicirelly, 1994). Dalam sebuah studi dari 101 keluarga di Inggris hubungan orang tua – anak hangat dan penuh afeksi, sesama saudara cenderung memiliki hubungan yang positif pula.
Anak dalam Kelompok Sebaya 
Dampak positif dan negatif hubungan dengan sebaya
Dampak positif mereka termotivasi untuk mencapai status sosial, mereka belajar kepemimpinan dan keterampilan berkomunikasi, kerjasama. Dampak negatif adalah kelompok sebaya bisa jadi memperkuat prasangka terutama anggota kelompok ras tertentu atau kelompok etnis.
Popularitas
Popularitas penting di pertengahan masa anak. Popularitas dapat diukur dengan dua cara yaitu popularitas sosiometri dan popularitas persepsi. Budaya dapat mempengaruhi kriteria popularitas. Dalam masyarakat sosial kapitalis yang telah dicapai China, asertifitas sosial dan inisiatif akan lebih dihargai dan didukung di bandingkan masa lalu, serta rasa malu dan sensitifitas mengarahkan pada masalah kesulitan sosial dan psikologis bagi anak. Dan perubahan tersebut berdampak lebih dulu pada anak perkotaan.
Persahabatan
Konsep persahabatan anak dan bagaimana merek abertindak kepada teman-temannya berubah sesuai usia, mencerminkan perkembangan kognitif dan emosinya. Anak-anak usia sekolah membedakan antara sahabat, teman baik, teman biasa berdasarkan intimasi dan waktu yang dihabiskan bersama.
Agresi dan Penindasan
Agresi menurun dan berubah bentuknya selama masa awal sekolah agresi di bagi menjadi : agresi intrumental, agresi permusuhan, agresi langsung, agresi tidak langsung atau sosial.
Tipe-tipe Agresi dan Pengolahan Informasi Sosial
Anak-anak yang bersikap dominan dan mengontrol akan bertindak agresif sebagai ancaman terhadap status mereka, mereka beratribusi pada permusuhan. Agresi anak laki-laki cenderung meningkat dalam status sosial yang berakhir dikelas 5, mengingatkan bahwa penindasan agar terlihat keren dimasa praremaja.
Apakah Media Elektronik memicu sikap agresi ?
Baik televisi, film, video game, hp, komputer memegang peranan besar pada kegiatan anak sehari-hari karena waktu yang dihabiskan secara signifikan oleh anak lebih bnayak dengan media, apa yang mereka lihat akan menjadi contoh peran dan sumber informasi bagaimana individu berperilaku.
Penindas dan Korbannya
Penindasan terutama : penindasan emosional adalah merugikan baik yang melakukan maupun korbannya dan bahkan berakibat fatal. Lebih jauh lagi, penindasan yang sering terjadi memengaruhi suasana sekolah menyebabkan pencapaian akademis yang rendah semakin luas, diasingkan oleh sekolah sakit perut dan kepala, enggan sekolah dan sering absen.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah pemberian nama yang salah karna biasanya mengacu pada emosi.
Masalah-masalah yang umum terjadi contoh : gangguan tingkah laku yang mengganggu. Gangguan ini di bagi lagi menjadi ODD, CD. Phobia sekolah dan gangguan kecemasan lain cenderung terjadi dalam keluarga dan terjadi dua kali lipat pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Depresi masa anak adalah gangguan suasana hati yang terjadi melebihi kenormalan, kesedihan sementara. Anak yang berusia 5-6 tahun secara akurat dilaporkan mengalami depresi suasana hati dan perasaan yang memicu terjadinya permasalahan nantinya, dari masalah akademis hingga depresi utama dan bunuh diri.
Teknik penanganan
Beberapa teknik penanganan antara lain psikoterapi individual, terapi keluarga, terapi perilaku, terapi seni, terapi bermain, penggunaan obat sebagai terapi.
Stress dan Ketangguhan
Stres yang berlebihan, bagaimanapun, dapat menuntun pada masalah-masalah psikologis.
Stres di Kehidupan Modern : Anak- anak di kehidupan modern diharapkan berhasil di sekolah, bersaing dalam olahraga, dan untuk memenuhi kebutuhan emosi orang tua.

Menghadapi Stres : Anak yang Tangguh adalah mereka yang mempertahankan atau memelihara ketenangan dan kompetensi di bawah tantangan atau ancaman luar atau bangkit kembali dari pengalaman traumatis. Faktor pelindung pengaruh yang dapat mengurangi dampak stres awal dan kecenderungan memprediksi hasil positif. 

sumber: Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

No comments:

Post a Comment

PERSONAL STYLE INVENTORY (PSI)

PERSONAL STYLE INVENTORY (PSI) Tujuan              : Untuk mengukur sosiotropi dan otonomi dalam depresi. Deskripsi         : PSI adalah...